Label

Kamis, 26 Januari 2012

Tentang Hari ini

Tiba-tiba aku merindukan Mamah. Rindu pada senyumnya dan segala yang ia punya. Rindu pada masakannya dan semua buatannya yang membuatku tak bisa jauh berlama-lama.
Maafkan aku yang tak bisa pulang hari ini. Bukan karena apa, tapi karena satu alasan yang sudah kuceritakan pada beliau sebelumnya.
Ya, mungkin hanya lewat pesan singkat saja kuutarakan kangenku padanya. Bukan dengan telephon dan mendengarkan suaranya, karena kuyakin itu hanya membuatnya menitikkan air mata meskipun ia berusaha menutupi, seperti yang sudah-sudah.
Ah, doakan saja ya, Mah. Doakan anakmu di sini kuat menjalani semuanya.
Miss you…

Jumat, 20 Januari 2012

Alamat Media

Nulis dan Ngirim cerpen ke Majalah dan Tabloid, Yuk!


KaWanku
Syarat naskah cerpen 2011:
Cerpen remaja, maks. 8 halaman A4, ketik 2 spasi, TNR 12. Kirim dengan subjek cerpen ke: cerpenkawanku@gmail.com
Terbit tiap hari Rabu, dua minggu sekali.
Jika dalam waktu 3 bulan tidak dimuat, berarti cerpen tak layak muat.
Harga: Rp.15.000,


Aneka Yess!
Syarat naskah cerpen: Cerpen remaja, Maks. 7 halaman folio, ketik 2 spasi. Sertakan surat pernyataan keaslian karya.
Kirim dengan subjek FIKSI ke e-mail: aneka@indosat.net.id atau yess_pals@yahoo.com
Terbit tiap hari Rabu, dua minggu sekali.
Jika dalam waktu 3 bulan tidakdimuat, berarti cerpen tak layak muat.
Harga: Rp.17.000,


Gadis
Syarat naskah cerpen: Cerpen remaja, 6-7 halaman folio, ketik 2 spasi. Percikan (Cerpen Mini), cerpen remaja, maks. 2 hal polio dan ketik 2 spasi.
Info Terbaru! Kirim via e-mail dengan subjek CERPEN ke: Redaksi.GADIS@feminagroup.com
atau
Kirim via Pos tulis CERPEN di pojok kanan amplop ke:
Jl. HR Rasuna
Said Blok B Kav 32-33Jakarta 12910 Telp. 021 526 6666
Terbit sepuluh hari sekali
Harga: Rp.17.000, edisi khusus: Rp. 23.000,


Hai!
Syarat naskah cerpen: Cerpen remaja cowok, 6000-12000 karakter+spasi, ketik 2 spasi, kertas folio/A4 dalam format rtf.
Kirim via e-mail dengan subjek CERPEN ke: hai_magazine@gramedia-majalah.com / de2ayu@yahoo.com
Terbit tiap Senin.
Harga: Rp.15.000, edisi khusus: Rp. 25.000,

Story
Majalah remaja. Syarat naskah cerpen: Cerpen remaja romance/sci-fi/horor/humor, 10.000-14.000 karakter+spasi, ketik 2 spasi, kertasfolio.
Lampirkan fotomu yang paling keren.
Cerbung: 26.000 – 40.000 karakter + spasi / sekitar 20-30 halaman
Novelet: 30.000 –35.000 karakter + spasi / sekitar 23-35 halaman
Kirim via e-mail dengan subjek CERPEN ROMANCE/HOROR/HUMOR/SCI-FI tergantung jenis cerita ke: story_magazine@yahoo.com
Terbit tiap tanggal 25.
Harga: Rp.15.000,


Chic
Majalah wanita karir. Syarat naskah cerpen: Cerpen metro-pop, maks. 6 – 8 halaman folio, ketik 2 spasi. Atau Maks. 8 halaman A4.
Kirim dengan subjek CERPEN / STORY ke e-mail: chicstory@gramedia-majalah.com / chic_magazine@gramedia-majalah.com
Terbit tiap hari Rabu, dua minggu sekali.
Harga: Rp.15.000,


Femina
Majalah wanita dewasa. Syarat naskah cerpen: 6 – 8 halaman kuarto, ketik 2 spasi, huruf Arial 12.
Kirim dengan subjek CERPEN via e-mail ke: redaksi@feminagroup.com
Terbit 2 Minggu sekali


Kartika
Majalah wanita masa kini. Syarat naskah cerpen: 4 – 8 halaman A4, ketik 2 spasi, huruf TNR 12.
Kirim dengan subjek CERPEN via e-mail ke: majalahkartika@yahoo.com
Terbit 2 Minggu sekali


Kartini
Majalah wanita dewasa. Syarat naskah cerpen: 4 – 8 halaman A4, ketik 2 spasi, huruf TNR 12.
Kirim dengan subjek CERPEN via e-mail ke: redaksi_kartini@yahoo.com
Terbit 2 Minggu sekali


Ummi
Majalah dewasa/keluarga islami. Syarat naskah cerpen: maks. 8 halaman folio, ketik 2 spasi, huruf TNR 12. Sertakan fotokopi identitas.
Kirim dengan subjek CERPEN via e-mail ke: kru_ummi@yahoo.com
Poskan ke: Jl. Mede No. 42A Utan Kayu, Jakarta Timur 13120
Telp. 021 858 0569
Terbit 2 Minggu sekali


HORISON (majalah sastra)
horisonpuisi@gmail.com (untuk pengiriman naskah puisi)
horisoncerpen@gmail.com (untuk pengiriman naskah cerpen)
horisonesai@gmail.com (untuk pengiriman naskah esai)
horisonkakilangit@gmail.com (untuk pengiriman naskah khusus siswa/pelajar)
horisonsurat@gmail.com (untuk surat penyurat dan berlangganan)

Catatan:
Setiap naskah yang dikirim harus disertakan biodata lengkap, alamat lengkap, nomor telp/HP yang dapat dihubungi, foto, dan nomor rekening (bila ada) untuk mempermudah administrasi pemuatan. Terima kasih.


TABLOID

Gaul
Syarat cerpen: cerpen teenlit, maks. 8 hal. Folio, ketik 1,5 spasi, sekitar 10.000 karakter+spasi. Via e-mail: tabloid.gaul@yahoo.co.id
Kirim via pos ke: Redaksi Gaul
Jl. Kedoya Duri Raya No. 36, Kebun Jeruk,
JakartaBarat 11520
Telp. 021 5835 9109
Terbit tiap Senin
Harga: Rp.8000, - 10.000,

Keren Beken
Syarat naskah cerpen: Cerpenremaja, Min. 4 halaman komputer, Maks. 7 halaman folio, ketik 2 spasi. Sertakansurat pernyataan keaslian karya.
Kirim dengan subjek FIKSI ke-mail: aneka@indosat.net.id
Atau Pos ke:
Redaksi Keren Beken
Jl. Salemba Tengah No. 58, Jakarta Pusat 10440 Telp. 021 230 6188
Terbiat dua minggu sekali tiap Senin.
Harga: Rp.8000,

Teen
Syarat naskah cerpen: Cerpen teenlit, maks. 6 hal A4, ketik1,5 spasi.
Kirim via pos ke:
Redaksi Teen
Jl. Guru Mughni No. 2, Karet Kuningan,
Jakarta Selatan 12940
Telp. 021 527 6325
Terbit tiap Sabtu, 2 Minggu sekali
Harga: Rp.15.000,

Top Idol
Syarat cerpen: cerpen teenlit, sekitar 5000 karakter (tanpa spasi?), 12 TNR, ketik 1,5 spasi, 1 hal. kertas A4, Surat Pernyataan Naskah Asli, sekitar 10.000 karakter+spasi. Via e-mail: redaksi@topidolindonesia.com
Terbit Tiap Senin, 2 Minggu sekali
Harga: Rp.7000,

Selasa, 10 Januari 2012

Jadi Babysitter


           
            Kalau bukan karena Lili, aku tak mau keluar sore ini. Seharian kuliah begitu menguras tenagaku. Tapi mau bagaimana lagi, Lili memintaku menemaninya. Entah apa namanya. Kencan? Janjian? Ketemuan? Intinya Lili minta ditemani bertemu dengan Pak Bagus, dosen mata kuliah Penyakit Dalam di kampusku.
           Di AKPER-ku Pak Bagus adalah dosen dengan banyak penggemar. Wajahnya biasa, kalah tampan dengan Pak John. Mungkin kharisma dan pembawaannya yang membuat mahasiswa “sesuatu” dengannya. Pak Bagus bukan tipe dosen yang killer. Mengajar dengan santai tapi serius, materi mudah diterima, humoris, terbuka dan care dengan mahasiswa. Banyak mahasiswa menganggapnya teman, bahkan sahabat. Salah satunya Lili, teman sekelas dan sekamar di kostku. Awalnya cuma ngefans, tapi tidak tahu sekarang. Yang jelas aku kecipratan untungnya juga. Dari mulai ditraktir jajan, jalan, dikirim makanan gratis ke kost sampai diajari materi-materi kuliah yang kami belum paham. Tapi kalau urusan nilai atau ujian Pak Bagus tidak bisa diganggu gugat, hehehe..
***
            “Kamu nggak makan Li?” tanyaku.
            “Eh, makan ko..” ucapnya kaget. Sedari tadi Lili dan Pak Bagus hanya mengaduk-aduk bakso di hadapan mereka. Asyik saling tatap, tersenyum, menatap lagi dan tersenyum lagi.
            “Seperti ABG jatuh cinta aja!” batinku.
Padahal Pak Bagus datang bersama Cesil, anak perempuannya yang baru bisa jalan. Lihatlah, dia duduk di sampingku sambil asyik memainkan sedotan.
            “Kira-kira ibumu tahu nggak ya Sil?” tanyaku dalam hati.
Ya sudahlah, aku kembali menikmati baksoku, mengintip facebook dari Hpku dan mengabaikan percakapan Lili dan Pak Bagus.
            Tiba-tiba Cesil menarik ujung kerudungku, menunjuk ke luar dan mengoceh tak jelas. Akupun mau tak mau menemaninya berjalan keluar kios bakso. Dari arah dalam kudengar Pak Bagus memanggilku.
            “Tante, temenin Cesil main ya, jangan sampe nangis lho..”
Kulihat Lili dan Pak Bagus tertawa tanpa dosa. Segera kubuka facebook dan update status.
            “Sial, mereka asyik berduaan, aku yang jadi babysitter, huft..”
*** 
* pemenang kisah dosen berhadiah buku Dosen Killer Nyentrik tapi Asyik

Foto bersama Mama




Mamaku paling susah kalau disuruh foto. Katanya malu, nggak bagus kalau difoto, nggak bisa gaya, nggak cantik dan segudang alasannya. Bikin gregetan deh. Padahal aku ingin mengabadikan setiap momen bersamanya.
            “Mama cantik kok, beneran, nggak pake boong…” rayuanku meluncur cepat kepadanya.
 Mama membalas dengan mengacak-acak kerudungku dan mencubit kedua pipiku yang katanya saat ini tambah tembem. Ia tertawa. Ya! Tawanya yang begitu ceria. Tawa yang selalu membuatku rindu dan tak mau berjauh-jauh dari dirinya.  Tawa yang dengan ikhlas terlukis di wajahnya. Meski aku tahu, akhir-akhir ini Mama begitu lelah menghadapi cobaan yang diberiNya kepada keluargaku. Mama harus merawat penuh Papa yang belum bisa mandiri setelah operasi pasang plat di pahanya yang dijalaninya tiga minggu yang lalu. Lagi-lagi Mama begitu ikhlas tertawa.
            “Sampai kapanpun Mama tetap tercantik di hidupku...” ucapku dalam hati. Wajahnya memang tak lagi muda, 45 tahun. Jika kulihat dari dekat ada garis-garis halus mulai membayang di sana. Tapi sungguh, itu tak mengurangi sedikitpun kecantikannya. Wajahnya yang pernah mengerang menahan pilu ketika melahirkanku 22 tahun yang lalu. Wajahnya yang kerap marah ketika kami, anak-anaknya malas untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Dan wajahnya yang selalu basah saat merayuMu di akhir sujud-sujudnya. Oh Mama, kau tetap temegah di hatiku.

*(terpilih dalam Event Foto Story Sparking Ibu adalah Segalanya Bagiku)

Senin, 09 Januari 2012

Sebuah Pagi di Hari Istimewa


            
             Akhirnya aku menemukan Ibu, setelah tadi aku mencarinya ke sudut-sudut ruang di rumahku. Padahal beberapa menit yang lalu aku masih melihatnya duduk menemaniku di kamarku. Di ruang tamu, ruang tengah dan dapur yang ada hanya orang-orang dengan berbagai kesibukannya, Ibu tak ada. Ya, ternyata Ibu di sini, duduk di kursi di tepi jendela kamarnya yang lumayan sepi. Aku melihatnya dari ambang pintu yang sengaja kubuka pelan tanpa ia tahu. Tak ada yang dilakukan Ibu selain diam, pandangannya jauh de depan. Seperti ada yang tengah Ibu pikirkan, entah apa.
 Tak lama kemudian tatapan matanya jatuh pada lukisan wajah lelaki yang terbingkai apik di dinding sebelah kanan dari sisinya. Matanya yang mulai dihiasi garis-garis keriput mulai menerawang setiap inci dari lukisan itu dengan seksama. Ada bayang-bayang kesedihan kutangkap dari air mukanya. Begitu juga ketika Ibu membuka lipatan kertas yang ia pegang sejak lama. Lagi-lagi Ibu tak sadar bila sedang kuperhatikan. Diam-diam bahunya bergerak naik turun, bibirnya bergetar. Air matanya mengalir membasahi pipinya yang tak lagi kenyal. Aku tak kuasa melihatnya.
“Ibuuu…”
Dengan cepat ia menghapus air matanya ketika aku berjalan dan dengan erat memeluknya. Hening sesaat. Dengan pelan Ibu membuka pelukku dan mengisyaratkan agar aku duduk di sampingnya.
“Kamu cantik sekali, Nak.” Ia menatapku sembari menyentuh kedua pipiku dengan telapak tangannya. Tatapannya begitu sendu.
“Ibu juga cantik. Tapi aku tak suka Ibu menangis. Ada apa, Bu?” Tanyaku sambil menyeka sisa air mata yang tertinggal di wajahnya.
“Tak ada, Nak. Ibu hanya terharu melihatmu seperti ini, cantik sekali.” Ah Ibu, aku tahu bukan itu yang membuatmu menangis.
***
            Sunyi menyergap kamar bercat putih ini. Tak ada suara selain bunyi gelembung-gelembung air di tabung manometer oksigen. Aku tak pernah bosan duduk di sini memandangi sosok lelaki yang terbaring lemah di hadapanku. Kedua tanganku sengaja menggenggam lengan kanannya yang kusadari semakin kurus. Sementara di tangan kirinya bersarang selang kecil yang mengalirkan tetes demi tetes cairan bening. Ini kesekian kalinya ia tergeletak tak berdaya. Aku harap ini yang terakhir, aku teramat sedih melihatnya seperti ini.
            Lihatlah, wajahnya begitu pasrah. Tulang pipinya semakin menonjol. Bukan karena apa, melainkan karena kurus akibat penyakit yang dideritanya. Begitu juga kedua matanya yang tepejam. Cekung dan kantungnya menghitam.
“Ayah, cepat sembuh ya… Ibu sayang Ayah.” Bisikku di telinganya. Tangisku pecah, tapi buru-buru kuatur. Aku tak ingin ia terbangun, aku tahu ia paling tak suka bila aku menangisinya.
            Lelaki itu bernama Mas Arman, lelaki yang menikahiku 11 tahun yang lalu. Lelaki yang begitu mencintai dan menyayangiku. Ia adalah lelaki yang bertanggung jawab dan pekerja keras. Itu yang menyebabkan aku mau diperistri olehnya meski kami belum terlalu lama kenal. Selain karena ia taat beribadah dan kuyakin bisa menjadi imam yang baik untukku.
            Dua tahun pernikahan kami berjalan harmonis meskipun kami belum diberi momongan. Suamiku bekerja di sebuah bank dan aku adalah guru SD. Tapi bagaimanapun, lambat laun akupun mulai resah. Dua tahun selanjutnya aku belum juga hamil, padahal kami sangat mendambakannya. Sudah banyak usaha kami tempuh, belum juga membuahkan hasil. Aku sadar, suamiku pun mengiyakan bahwa mungkin Allah belum mempercayai kami memiliki keturunan. Kami harus bersabar.
            Sampai akhirnya sebuah musibah terjadi. Di tahun ke-6 pernikahan suamiku mengalami kecelakaan hebat sepulang kerjanya. Tulang kaki kanannya patah dan harus dioperasi. Sayangnya ketika masa pemulihan, suamiku yang baru diketahui mengidap Diabetes Melitus, gula darahnya tidak stabil dan cenderung tinggi. Luka sulit sembuh. Setahun kemudian ia harus merelakan kaki kananya diamputasi setinggi lutut. Astaghfirullah…
            Hari-hari selanjutnya kami lewati dengan penuh ketabahan, meski kadang ia sedih dengan kekurangannya. Aku tahu, hanya akulah yang harus menyemangatinya. Aku mencoba membuatnya tersenyum. Aku meyakinkannya bahwa kami bisa melewatinya bersama-sama. Suamiku memilih keluar dari kerjanya. Tapi ia tak tinggal diam. Ia menggeluti bakat lamanya sebagai pelukis. Dengan modal pas-pasan ia membangun usaha. Lukisannya banyak yang meminati, bahkan banyak terjual. Tak hanya itu, ia membuka sanggar lukis untuk anak-anak di sekitar tempat tinggal kami. Kerinduan kami terhadap adanya anakpun pelan-pelan bisa kami redam karena mungkin itu belum rejeki kami dari Allah.
            Allah memang Maha Berkehendak. Cobaan harus lagi kami hadapi. Dua tahun terakhir ini gula darah suamiku kembali tidak stabil. Bahkan lebih sering rendah hingga membuatnya lemah dan harus bolak-balik dirawat. Ya Allah, aku benar-benar pasrah, begitupun saat ini.
            Tiba-tiba suamiku terbangun, menyadarkanku dari lamunan. Ia berbicara pelan tetapi masih bisa terdengar olehku.
“Ibu, Ayah nggak kuat…”
“Ssst… Ayah pasti kuat. Ayah harus sembuh, untuk Ibu dan untuk ini…” Aku meletakkan tangan kanannya di perutku. Ya, sesuatu yang kami tunggu selama 11 tahun, aku positif hamil. Ada secercah rona bahagia di wajahnya. Cuma sebentar, kemudian ia kembali berbisik.
“Kalau Ayah pergi, Ibu jaga diri ya… Jaga anak kita.”
Air mataku tak bisa kubendung. Entah harus dengan cara apa lagi aku harus bersabar. Dan sore itu, setelah mengucap dua syahadat, lelaki yang sangat berharga di hidupku pergi menghadap Allah SWT.
***
            Aku menggenggam tangan Ibu sambil mengingat jelas perjalanan hidupnya yang sering ia ceritakan padaku. Juga tentang lelaki yang wajahnya ada dalam lukisan itu, Ayah yang tak sempat kukenal seumur hidupku. Meski kami tak pernah bertemu, aku bisa merasakan kasihnya lewat banyak hal yang Ibu ceritakan tentangnya. Aku selalu bersyukur dengan keadaan yang Allah berikan. Bersyukur memiliki Ayah dan Ibu yang tiada duanya. Ibu, wanita yang gigih membesarkanku sampai 22 tahun usiaku ini. Ia yang tak kenal putus asa meski harus hidup sendiri.
“Jangan sedih ya, Nak. Tidak ada Ayah yang menjadi wali nikahmu hari ini…” Suara Ibu terbata. Ia membenarkan letak roncean melati yang menghiasi kerudungku, mengusap lembut bahuku yang berlapis kebaya putih.
“Ada atau tidaknya Ayah, aku tetap bahagia karena ada Ibu di sampingku. Aku sayang Ibu.” Kami larut dalam pelukan. Pelukan bahagia di sebuah pagi di hari yang istimewa. Pagi ini aku akan melangsungkan ijab qabul, aku akan menikah dengan lelaki pilihan hatiku.
“Ya Allah, jadikan aku istri yang shalehah dan setia terhadap suami. Yang sabar dan tabah seperti Ibuku.” Pintaku dalam hati.
            Sebelum kami bangkit meninggalkan kamar, Ibu memberiku kertas yang dari tadi digenggamnya. Meski usang, itu adalah tulisan Ayah yang pernah dihadiahkannya untuk Ibu.
Kamu, Iya Kamu*
Ketika aku berniat menjatuhkan diri ke lubang di mana aku selalu terjerembab, kamu mengulurkan tangan, dan menarikku. Menawarkan diri untuk menemani dan mengajak untuk berpuru-pura buta.
Kamu menemaniku, di setiap bangun tidurku dan rasa mengantukku. Di setiap rasa bersyukurku dan rasa laparku. Di setiap rasa tenangku maupun gelisahku. Kamu membuka setiap aku ingin memulai hariku, dan menutup lebih dulu sebelum aku menyelesaikan hariku. Hampir tengah malam, namut tepat sebelum hari esok, biasanya.
Aku minta kamu untuk mencintai aku yang kaya akan rasa manis, semanis wajahmu. Sayangi aku dengan kehangatan sehangat senyummu di saat membangunkan pagiku, sungguh tiada pagi yang lebih indah tanpa senyummu.
Tapi mungkin ketika aku mati, kamu berniat untuk menimbun kenangan kita. Iya, kita, aku dan kamu.
***
*puisi Kamu, Iya Kamu, karya M. F. Riphat yang menginspirasi cerita pendek ini
* (Juara 2 FF Aku Pecandumu)

Proyek Antologi: Kebaikan yang Menginspirasi


Kebaikan yang tulus mampu menginspirasi siapapun untuk melakukan kebaikan yang serupa atau kebaikan dengan cara yang berbeda.Teman-teman pasti pernah dong menolong orang lain atau ditolong oleh orang lain?Asal jangan ditodong aja.He.he.Hayo!Diingat-ing
at!Ada kan?Ada yang terharu, ada yang sampe menangis.Mungkin ada juga yang sampe ketawa guling-guling di rumput saking senangnya karena ada saja pertolongan dari orang-orang terdekat di hati kita atau juga orang-orang yang terjauh disaat kita membutuhkan pertolongannya.Mungkin ada juga yang sampe lari keliling lapangan bola saking suenangnya karena ketemu jodohnya melalui perantara teman lama.Ehm…ehm.

Nah, ayo ikuti proyek buku ini dengan mengirimkan kisah2 terbaikmu sebagai apresiasi kita kepada orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita selama ini. Bisa jadi ia adalah guru kita, teman kita, suami/istri kita,tukang ojek, sopir, petugas kebersihan, pembantu rumah tangga kita, organisasi atau lembaga sosial dan lain sebagainya.
Syarat-Syarat Naskah:
1. Berupa kisah nyata/pengalaman pribadi atau bisa juga pengalaman orang lain.
2. Kisahnya unik dan menarik ,menyentuh, penuh hikmah, dan penuh inspirasi dan apa lagi ya?Pokoknya kisahnya menggugah siapapun untuk berbuat baik. Boleh menyisipkan cerita humor atau lucu tapi tetap harus ada hikmahnya.
3. Tulisan di ketik dg huruf times new roman, spasi 1,5, minimal 3 halaman,maksimal 4 halaman
4. Setiap penulis harus men-taq info ini minimal kepada 10 orang
5. Naskah dikirim ke futicha.turisqoh@gmail.com
. Paling lambat 10 Januari 2012 pukul 00.00 WIB
6. Naskah yang terkumpul akan diseleksi terlebih dahulu.Untuk selanjutnya akan ditawarkan kepada penerbit
7. Jumlah naskah yang akan lolos seleksi nanti hanya 30 buah naskah.Jadi siapkan naskah2 terbaikmu
8. Naskah berbentuk curhat atau narasi
9. Selamat menulis!